Langsung ke konten utama

Apa Langkah Besar Transformasi Pendidikan melalui AKM dan Penghapusan UN? Coba Perhatikan Perbedaan AKM dan UN!


Math-Mate - Sudah sejak lama, penerapan Ujian Nasional di Indonesia dikritik oleh banyak orang. Ujian Nasional bukan saja berdampak pada bagaimana cara sebuah penilaian pendidikan dilakukan tetapi sampai ke masalah bagaimana pendidikan di kelas berjalan, apa orientasi belajar siswa, bagaimana psikologi siswa yang akan menghadapi UN, serta polemik bisnis kotor di balik pelaksanaan UN. Jelas saja, banyak pihak yang sangat menginginkan Ujian Nasional dihapuskan dan menyambut bahagia saat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim mencanangkan penghapusannya sejak tahun 2019. Lalu, muncul ke publik istilah baru yang sempat membingungkan dan menjadikan masyarakat kebingungan yaitu Asesmen Kompetensi Minimum atau disingkat AKM karena dianggap sebagai UN yang baru. Apakah benar bahwa AKM adalah wajah lain dari Ujian Nasional?

Mari kita telaah apa perbedaan AKM dan UN yang membawa perubahan baik pada sistem pendidikan.

1. Fungsi.
UN sejak lama telah dijadikan faktor penentu kelulusan siswa di mana hasil belajar siswa selama 3 tahun pada jenjang SMP/SMA dan 6 tahun untuk jenjang SD dinilai melalui evaluasi yang dilakukan hanya dalam beberapa hari melalui beberapa pelajaran saja. Fungsi ini menjadikan mayoritas siswa hanya ingin dapat menyelesaikan soal-soal sebagai tujuan belajarnya. Hal ini memberikan pengurangan kualitas pembelajaran yang sangat signifikan karena siswa dan guru kurang memberikan perhatian pada materi-materi penting yang tidak diujikan dalam UN. Pembelajaran yang berbasis soal juga mempersempit pemahaman karena menyelesaikan soal-soal dapat dilakukan hanya dengan pemahaman yang tidak mendalam dan juga hafalan.
Selain pengaruhnya terhadap proses belajar, UN yang dijadikan sebagai penentu kelulusan juga memberikan tekanan kepada siswa, orangtua dan juga sekolah. Tekanan ini kerap menjadikan siswa stress dalam belajar. Tekanan ini juga akhirnya membuka kesempatan-kesempatan untuk terjadinya perilaku kecurangan. Ketika UN masih dilaksanakan, praktik jual beli kunci jawaban UN menjadi rahasia umum.
Berbeda dengan UN, AKM murni berfungsi sebagai instrumen evaluasi proses belajar di sebuah institusi. Hasil AKM tidak dijadikan tolak ukur kelulusan seorang siswa tetapi menjadi tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. AKM tidak menunjukkan prestasi siswa yang mengikutinya tetapi menjadi dasar atas kekurangan-kekurangan institusi pendidikan untuk kemudian dievaluasi dan diperbaiki. AKM juga diharapkan dapat menggambarkan capaian siswa secara terhadap kompetensi yang diharapkan untuk dapat digunakan sebagai dasar rancangan kegiatan belajar-mengajar. Fungsi ini sebenarnya juga merupakan fungsi UN, tetapi karena AKM tidak dijadikan sebagai faktor kelulusan dan tidak dijadikan simbol keberhasilan siswa, tekanan yang diberikan kepada siswa menjadi berkurang dan sekolah pun dapat memfokuskan diri dalam perbaikan-perbaikan internalnya juga peningkatan hasil belajar siswa selanjutnya.

2. Sasaran Peserta.
Peserta dalam UN adalah seluruh siswa tingkat akhir dalam satuan pendidikan, sedangkan peserta AKM adalah sampel acak dari siswa kelas 5 untuk tingkat SD, kelas 8 untuk tingkat SMP, dan kelas 11 untuk tingkat SMA. Sesuai dengan fungsinya, UN dijadikan evaluasi hasil belajar tiap individu selama ia berada di tingkat pendidikan tertentu yaitu SD, SMP, dan SMA sehingga harus seluruh siswa diikutsertakan dan siswa tersebut harus sudah menyelesaikan seluruh level di tingkat pendidikan yang sedang dijalani. Sedangkan AKM yang berfungsi sebagai alat evaluasi proses pendidikan pada sebuah institusi pendidikan, menargetkan siswa pada 1 tingkat sebelum tingkat akhir agar hasil evaluasi proses pendidikan yang didapatkan melalui AKM dapat diimplementasikan secara langsung dan dirasakan oleh siswa yang berpartisipasi pada AKM. Hal ini tentu membuat fungsi AKM menjadi semakin baik dan hasil yang didapatkan dapat lebih nyata juga berfungsi dengan lebih optimal karena proses evaluasi dan implementasinya diterapkan pada siswa yang sama. Selain itu, karena tidak semua siswa pada kelas 5, kelas 8 dan kelas 11 dalam institusi pendidikan mengikuti AKM, diharapkan AKM tidak dijadikan sebagai sebuah agenda yang harus dipersiapkan secara khusus melalui drilling soal-soal AKM yang dapat membelokkan tujuan pembelajaran di kelas dan membuat bias hasil evaluasi.

3. Konten. 
Konten UN berisikan soal-soal dari beberapa mata pelajaran yang dinilai inti yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD, tambahan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMP, sedangkan untuk SMA dan sederajat adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan 3 mata pelajaran lainnya yang disesuaikan dengan jurusan yang diambil oleh siswa. Mata pelajaran yang termasuk ke dalam UN saat itu menjadi mata pelajaran eksklusif yang mendapatkan perhatian lebih baik oleh sekolah, guru, orangtua, maupun siswa hingga seringkali menyebabkan mata pelajaran lain dikesampingkan dan dikorbankan. Tujuan semua komponen pendidikan sangat tertuju kepada mata pelajaran-mata pelajaran yang terbatas sehingga hanya siswa dengan keunggulan dalam bidang-bidang tadi yang terfasilitasi secara optimal. Selain itu, jenis-jenis soal dalam UN adalah jenis-jenis soal yang melibatkan tingkat berpikir dasar dan menengah saja serta sedikit sekali yang dikaitkan dengan konteks kehidupan.
Komponen yang dinilai dalam AKM adalah kompetensi-kompetensi dasar yang merupakan kompetensi yang digunakan oleh siswa untuk dapat mempelajari dan memahami konten mata pelajaran. Komponen tersebut adalah kemampuan literasi membaca dan literasi numerasi yang juga dikaitkan dengan konteks dalam kehidupan. Soal-soal pada AKM bukan merupakan soal yang jawabannya bisa dihafalkan dan berkaitan dengan mata pelajaran tertentu saja sehingga seharusnya tidak terdapat mata pelajaran atau kemampuan siswa yang diabaikan karena AKM.
AKM sebenarnya hanya salah satu bagian dari Asesmen Nasional. Bagian lain dari Asesmen Nasional yang menjadikan asesmen ini lebih bersifat holistik adalah survei karakter dan survei lingkungan belajar. Pembagian ini memberikan hasil penilaian yang dapat berdampak pada keseluruhan aspek dalam pendidikan di sebuah institusi dan merupakan hasil perbaikan sistem yang sangat patut disyukuri.

Terdapat banyak perbedaan antara AKM dan UN yang menjadikan AKM sebagai alat evaluasi yang lebih baik bagi sistem pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil langkah yang signifikan dengan penetapan Asesmen Nasional yang di dalamnya juga terdapat AKM. Setidaknya tiga hal di atas adalah perbedaan yang sangat fundamental dan berpengaruh. Seperti apa hasil AKM nantinya digunakan juga harus dilaksanakan dengan optimal agar tujuan perbaikan pendidikand dan kegiatan belajar-mengajar tercapai.

Adinda Kamilah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Super Mudah Memahami Kesebangunan Trapesium (part 1) #MathMate

Copy-Paste - Pada bab kesebangunan ada beberapa bangun datar yang umum digunakan, di antaranya kesebangunan segitiga dan jajargenjang. Bisa dikatakan kesebangunan segitiga dan jajargenjang cukup mudah dibandingkan kesebangunan pada trapesium. Ada dua trapesium yang akan diulas di blog ini yaitu trapesium siku-siku dan trapesium sembarang. Trapesium Siku-Siku Bagaimana perbandingan sisi-sisi pada trapesium siku-siku? Biasanya yang diketahui adalah salah satu panjang ruas garis CD atau EF atau AB dan diketahui perbandingan sisi DE dan EA atau perbandingan sisi CF dan FB. Kita bisa gunakan kesebangunan segitiga pada masalah ini. Tambahkan beberapa garis seperti pada gambar di bawah. Sekarang, bisa kita lihat bahwa AQCD membetukmepersegi panjang, akibatnya CD = PE = QA.  Selain itu, segitiga CPF sebangun dengan segitiga CQB. Artinya, kita punya perbandingan sebagai berikut: Jadi, didapatkan persamaan sebagai berikut: atau Bagaimana? Cukup mudah bukan? Contoh soal

Permainan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel #MathMate

Copy-Paste - Suasana kelas belakangan ini sangat lesu, anak-anak tidak terlalu memperhatikan penjelasan dan malas-malasan mengerjakan tugas. Dalam keadaan seperti ini, saya dituntut untuk membangkitkan semangat mereka lagi. Sudah berhari-hari puter otak mencari ide, di kepala, di internet, hasilnya nihil. Eh, suatu malam saat sedang nutor online ada siswa bertanya soal dalam bentuk teka-teki yang cukup menarik. Wah, ilham datang dari mana saja yaa. Ya sudah saya eksekusi, bikin lembar kerja kelompok dalam bentuk teka-teki untuk latihan soal materi sistem persamaan linear dua variabel. Di soal yang siswa saya tanya ada beberapa SPLDV yang tidak tepat jawabannya saya utak-atik sedikit dulu deh.  Begini hasil utak-atik dan ketik ulang teka tekinya. Bisa dibilang levelnya mudah ya.  Bagaimana reaksi siswa saat diberikan tugas ini? Alhamdulillah bersemangat. Karena kegiatannya mandiri dan berkelompok saya persilahkan siswa untuk mengerjakan di luar kelas. Belum saya jelaskan c

Ternyata Matematika Ada dalam Hadits Rasulullah #MathMate

Copy-Paste - Jika kalian berpikir bahwa matematika itu hanya ada di buku maka kalian keliru. Matematika sangat dekat dengan kita dalam kehidupan. Setelah mempelajari matematika ternyata kita dapat 'melihat' matematika dalam berbagai hal di sekitar kita salah satunya pada Hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengenai orang yang bangkrut. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menceritakan tentang definisi orang bangkrut menurut Islam. Hadits itu berbunyi: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوْا: الْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ "Tahukah kalian sia